ideajournal#3 — Authenticity rather than Competition

Amikatsee
2 min readApr 9, 2021

--

Hari rabu kemarin saya mendapatkan kesempatan untuk mendengarkan seminar yang diselenggarakan oleh Pekan Komunikasi Universitas Indonesia. Seminar tersebut membahas mengenai bidang advertising dan merupakan bagian dari rangkaian acara Advertising War. Mengusung tema “Marketing in Adaptive Era: How Effective Communication Can Win Consumer’s Trust”, seminar ini berfokus dalam membahas mengenai bagaimana kiat-kiat beradaptasi dan meningkatkan efektivitas komunikasi dengan konsumen di tengah masa pandemi seperti sekarang ini. Seminar ini mengundang 3 pembicara, yaitu Yogi Triharso (ADA Regional Director Telco Data Portflio), Handoko Hendroyono (CEO MBloc Space), dan Ekhel Chandra Wijaya (External Communications Senior Lead Tokopedia).

Dalam ideajournal#3 ini saya akan memfokuskan pembahasan saya pada pemaparan dari Bapak Handoko Hendroyono yang menyebut dirinya sebagai seorang Brand Activist. Dalam membangun atau mengembangkan suatu brand Pak Handoko melihat bahwa membentuk suatu komunitas adalah hal yang penting. Komunitas disini berarti meningkatkan koneksi dengan brand lain dan interaksi publik.

Bukan IKLAN melainkan membangun ENGAGEMENT dengan publik

Bukan ATTENTION melainkan INTENTION

Di era ini, peran iklan tidaklah signifikan lagi melainkan membangun audience engagement, dimana kita mampu memikat audiens yang menjadi target pasar kita dengan cara membangun INTENTION atau tujuan yang berjalan lurus antara tujuan brand kita sendiri dan tujuan audiens.

Beliau juga menyebutkan mengenai BRAND itu sendiri. Ketika kita hendak membangun sebuah brand, janganlah selalu berfokus dalam menentukan branding internal saja namun kita juga perlu membangun CONVERSATION.

Membangun CONVERSATION = Membangun posisi yang strategis dalam masyarakat dan Membangun ekosistem

Membangun conversation antara brand dan audiens telah dilakukan oleh Pak Handoko sendiri selaku produser dari film “Filosofi Kopi”, dimana untuk mencapai tujuannya, film tersebut membangun narasi yang selaras dengan kehidupan nyata. Untuk itu mereka membangun Kedai Filosofi Kopi yang asli di daerah Melawai, beserta menu yang sama seperti di film seperti ‘Kopi Tiwus’ dan ‘Perfecto’. Mereka juga menyampaikan pesan-pesan melalui merchandise yang mereka jual. Dengan usaha membangun keselarasan narasi dan dunia nyata ini, Filosofi Kopi berhasil menunjukkan eksistensinya sampai sekarang.

AUTHENTICITY rather than COMPETITION

Menjadi judul dari ideajournal#3 kali ini, pernyataan Pak Handoko bahwa keunikan dan originalitas konsep brand akan jauh lebih penting dan memiliki impact yang besar dibandingkan dengan terus menerus mengkhawatirkan kompetisi dengan brand lain yang mungkin memiliki konsep serupa. Masa sekarang adalah era dari kolaborasi, maka jika kita memiliki pesaing dalam bisnis maupun berkarya, alangkah baiknya kita membangun kolaborasi dengan mereka. Dengan itu masing-masing dari kita dapat berjalan beriringan dan membangun komunitas serta ekosistem yang sehat untuk satu sama lain.

--

--